Jumat, 25 Februari 2011

Cinta Untuk Selamanya

Hari minggu ini aku pergi ke kantor Ayahku, ini saat yang sangat menyenangkan karena aku akan bertemu dengan Rian, anaknya teman Papaku, Papanya kepala kantor di kantor Papaku.                                                                                   
Walaupun Rian Cuek, Pendiam dan Jutek tapi itulah yang bikin aku suka banget sama dia, emang sih aku ini aneh suka sama cowok yang seperti itu, begitu juga kata temanku Eva yang juga satu sekolah dengan ku di Smp Negeri 10.
Aku akrab dengan Papaku karena Ibuku sudah Meninggal saat melahirkan aku jadi aku tinggal berdua dengan Papaku.
“Karen ayo kita berangkat” kata Papaku.
“iya Pa!” Aku dan Papa akan berangkat menuju ke kantor.
          Tak terasa sudah sampai di kantor Papa. disini orangnya ramah-ramah, eh itu kan Rian! ”RIAN!!”.kok dia diam saja? padahal dia sudah melihatku tapi tetap saja tidak menegurku balik ataupun bilang ‘Hai’. aku hampiri saja dia yang sedang duduk sendirian.
          “Hai Rian sedang apa kamu disini?”
“kamu lihat saja sendiri aku sedang apa, sudah tahu sedang duduk masih saja nanya, dasar cerewet!.”   APA! aku cerewet??, Huh!! jutek banget sih!. Rian kenapa sih kamu jutek banget sama aku? dan kenapa kamu bilang aku cerewet?.aku gak cerewet kok!. “eh…Rian mukamu kok pucat, kamu sakit ya??” tanyaku. “sudahlah jangan banyak omong!.” Huh! dasar Rian jutek!.
“Wah?! Ini bunga Lily ya?!”
“dasar perempuan, sukanya bunga.”
“memangnya kenapa kalau aku suka dengan bunga?” sahut ku. “ya sudah aku mau ke kentor Papaku dulu ya, dah”. Aku langsung pergi meninggalkan Rian.
Sorenya aku pulang ke rumah dan makan malam bersama Papa, lalu aku tidur.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah, ”pagi Karen”. Sapa Eva. ”Pagi Eva, Eh Eva kemarin aku lihat Rian di kantor Papaku lho!.”
“Karen-Karen kamu itu aneh menyukai orang yang seperti itu” tuh kan benar, Eva saja bilang aku aneh, tapi apa boleh buat tipe cowokku kan memang seperti itu. ”teng… teng… teng…”
“Karen ayo cepat masuk ke kelas nanti kita telat!” aku dan Eva memasuki kelas lalu pelajaran dimulai. Huuh… hari ini aku sedang tidak bersemangat untuk belajar. Tapi kok hari ini aku tidak melihat Rian sih?? Biasanya kan dia tidak pernah bolos, atau mungkin dia sakit? kemarin mukanya pucat sekali, nanti sore aku mau ke rumahnya saja deh. hari ini kami pulang cepat dari biasanya.
Saat aku pulang dari rumah, Papa sepertinya tergesah-gesah. ”Papa ada apa?, Papa sepertinya tergesah-gesah.”
“Karen cepat ganti bajumu, kita harus cepat ke rumah sakit”
“memang siapa yang masuk ke rumah sakit Pa?” tanyaku. ”……Rian kemarin masuk ke rumah sakit karena penyakit Leukimianya kambuh” apa…?? tapi aku….aku tidak tau kalau Rian mempunyai penyakit Leukimia dan Papa juga sebelumnya tidak pernah memberitahu ku. aku pun bergegas ganti baju dan berangkat bersama Papa.
Aku pun sampai di rumah sakit lalu kami menanyakan dimana ruang Rian di rawat. ”permisi dimana ruangan pasien yang bernama Rian di rawat” Tanya ku kepada seorang suster.
“di ruangan nomor 20.” jawab suster. ”terima kasih” Papa dan aku berlari menuju ruangan nomor 20. ”tok..tok…tok…”.
Aku segera membuka pintu, aku sangat terkejut melihat Rian berbaring di atas tempat tidur dan dia di infuse. aku tidak bisa menahan air mataku yang ingin keluar, aku menghampiri Rian lalu Rian menatapku.
“Ri..Rian kenapa kamu gak bilang sama aku kalau kamu sakit?” Tanya ku.
“buat apa aku bilang sama kamu, tidak ada gunanya dasar cerewet”. aku berhenti menangis, aku dan Papa menemani Rian hingga malam hari karena Papanya Rian baru bisa menemani Rian pada malam hari. saat jam 20.00 Papanya Rian datang kemudian aku dan papa pamit pulang, ”Rian aku pulang dulu ya”. Rian tidak berbicara apa-apa, tiba-tiba dia membalikkan wajahnya seakan dia tidak ingin melihatku.
Paginya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, lalu saat pulang sekolah aku bercerita dengan Eva tentang apa yang terjadi pada Rian ”APA??!! Ri..Rian, tidak mungkin dia…. ” kata Eva terkejut. ”aku juga sangat terkejut saat mendengarnya tapi kita berdoa saja agar Rian cepat sembuh,oh iya Eva aku mau pulang dulu ya”. kataku “i..iya Karen salam buat Rian ya” aku menganguk iya.
Akhirnya aku sampai di rumah. ”aku Pulang”. kataku sambil melepas sepatuku. ”Karen ada pesan dari Papanya Rian katanya minta tolong kamu untuk menemani Rian, kamu mau atau tidak?” menemani Rian?.
“tentu aku mau!!” aku diantar Papa ke toko bunga dan membeli bunga untuk Rian. aku pun membeli bunga Lily, lalu kami ke rumah sakit dan saat sampai, aku segera masuk ke kamar Rian, sedangkan papa langsung pergi kekantor.
“Pagi Rian!” sapa ku. ”pagi” sahut Rian.tumben Rian menjawab kata-kataku.
“ini aku bawa bunga Lily buat kamu aku letakan di pot ya!”
“kamu suka sekali dengan bunga Lily ya?” Tanya Rian.
“memangnya kenapa?”
“Jawabanmu itu sama saja seperti saat di kantor Papaku. Karen aku minta maaf soal kemarin aku bilang kamu cerewet”
“gak apa-apa kok” Ucap ku singkat sambil tersenyum.
Aku menemani Rian hingga sore hari, lalu aku di jemput oleh Papaku. sesampainya di rumah aku menanyakan sesuatu dengan Papa saat makan malam. “Pa, apakah Rian bisa sembuh dari penyakit Leukimia?” tanyaku. “entahlah” Jawab Papa.
          Besoknya setelah pulang sekolah aku bersiap - siap  pergi menjenguk Rian, tetapi Papa menjemputku dengan terburu-buru. ”Karen cepat! Rian masuk ruang ICU!” “Apa?? tidak mungkin!!” Ucapku dalam hati. saat aku sampai di Rumah Sakit aku langsung berlari menuju ruang ICU tapi saat aku sampai di depan Ruangan aku dicegah oleh Perawat-perawat rumah sakit.
“Maaf, tapi Anda tidak di izinkan untuk masuk” kata Perawat. “kenapa tidak boleh? aku temannya, biarkan aku masuk!” kataku. “maaf anda tidak boleh masuk tunggulah sampai operasinya selesai” Ucap perawat itu. Akhirnya aku pun menuruti kata –kata perawat itu, aku duduk sambil menahan tangis. “Rian aku mohon bertahanlah”. Ucapku dalam hati.
Tak terasa sudah satu jam aku menunggu diluar, aku sangat khawatir dan tak bisa berhenti  memikirkan Rian. Akhirnya dokter yang menangani Rian keluar dari ruang ICU , aku segerameng hampirinya.
           “Dok apakah Rian baik-baik saja??” Tanyaku dengan gugup.
          “Maaf, kami sudah berusaha semampu kami” Ucap dokter itu sambil berjalan meninggalkan aku yang masih bertanya – Tanya. apa maksud Dokter itu?? Aku langsung memasuki ruang ICU, aku terpaku saat melihat tubuh Rian terbujur di tutup oleh selembar kain putih.
          “Ri…Ri…an jangan pergi….RIAN!!!” aku menangis tersedu –sedu sambil memeluk tubuh Rian yang tak bernyawa lagi. ”Rian bangun…jangan tidur terus bangun cepat!!” Papaku datang dan menarik tanganku, papa memelukku dan membawaku keluar dari ruangan, saat perjalanan pulang aku tidak dapat berhenti  menangis hingga aku pulang kerumah.
          Besoknya diadakan pemakaman untuk Rian aku tidak mengikuti acara pemakaman itu karena kata Papaku nanti aku menagis lagi, aku memutuskan untuk ke sekolah. Kelasku di liburkan karena pemakaman Rian, suasana sekolah sangat sepi, aku masuk ke kelas dan duduk di tempat duduk Rian.
          Tak terasa air mataku menetes, aku pun langsung menunduk menahan tangis, pada saat aku ingin beranjak dari tempat duduk Rian tiba - tiba aku melihat selembar kertas terjatuh dari laci tempat Duduk Rian, lalu aku langsung memungut kertas itu, tiba – tiba kaki ku terasa lemas saat membaca tulisan dikertas itu, air mataku terurai tanpa bisa kutahan lagi, tulisan itu membuat hatiku sesak.
          “hari itu aku bertemu Karen di kantor Papaku, dia terlihat cantik sekali, tapi apa tadi aku terlalu kasar saat menjawab semua pertanyaannya? kata-kataku memang selalu membuatnya kesal, tapi dia selalu sabar dengan kata-kataku yang kasar itu. tapi itu semua aku lakukan untuk menyembunyikan perasaanku terhadapnya, karena aku sangat menyukainya. Kalau saja penyakit ini tidak ada, aku pasti akan menyatakan perasaanku ini. ”A...apa?? Rian menyukaiku kukira dia membenciku, kenapa…..??!!!”
          Aku berlari ke kuburan Rian di sana sudah sepi aku meletakan bunga Lily di atas kuburan Rian, bunga Lily ini akan selalu mengingatkanku padamu, walaupun kamu telah tiada aku akan selalu mencintaimu untuk selamannya.THE END

                                               BY.Deliana Ratna.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar